I. Awal Berdirinya Gereja
Sejarah berdirinya Gereja Kristen Injili Jemaat Immanuel APO Tugu Jayapura, berawal dari kehadiran 22 (dua puluh dua) kepala keluarga dari suatu daerah kecil di Jakarta Utara, tepatnya di daerah Semper (Clincing) atau yang lebih dikenal sampai saat ini dengan sebutan kampung Toegoe (Tugu) pada tanggal tanggal 26 Oktober 1950 di Hollandia (Jayapura). Ke-22 KK ini pertama tinggal di Kamwolker karena jarak antara tempat tinggal dan tempat kerja yang sangat jauh sehingga permintaan dari Ijkne untuk meminta persetujuan kepada suku yang ada di Kayu Pulo/Ondoafi, untuk menetapkan ke-22 KK ini tinggal di APO yang sekarang berdiri di lokasi hotel ayu.
Kehadiran warga Tugu di Hollandia (Jayapura) disebabkan karena adanya kontrak kerja dengan pemerintah Belanda dalam berbagai bidang, pekerjaan, terutama pekerjaan pertukangan. Karena kontrak kerja itulah maka warga tugu yang terdiri dari 22 KK itu, kemudian di tampung di suatu asrama yang berkedudukan di APO (sekarang APO Bengkel, Sekitar Hotel Ayu). Dan sebagai warga yang beragama Kristen Protestan, maka setiap hari Minggu dan hari Rabu mereka melaksanakan Ibadah di tempat penampungan itu, yang dilayani atau dipimpin oleh 2 (dua) orang warga Tugu yang ditunjuk khusus menangani bidang keagamaan, yakni:
1. Bpk. T.H Abraham
1. Bpk. T.H Abraham
2. Bpk. J. Quiko (Ayahanda dari Bpk. Pdt. R.J Quiko (Alm)
II. Periode Tahun 1952-1956 Bangunan Gereja Pertama
Tahun 1952, kontrak kerja yang dilakukan warga Tugu dengan pemerintah Belanda dalam bidang pertukangan itu berakhir, namun warga Tugu tidak kembali pulang ke daerah asalnya tetapi oleh penduduk Kayu Pulo terutama melalui Korano/Ondoafi memberi kepada warga Tugu tempat untuk bercocok tanam juga untuk dijadikan tempat tinggal. Adapun letak lokasi yang di berikan penduduk Kayu Pulo kepada warga Tugu tersebut di bagian sebelah atas dari tempat pemukiman pertama (asrama). Dan lokasi yang diberikan itu masih berupa hutan rimba yang di bersihkan terlebih dahulu.
Sejak tahun 1952-1956, warga Tugu menggunakan gedung Gereja yang sangat sederhana untuk melaksanakan semua kegiatan Gereja dan pada tanggal 08 Agustus 1956, warga Tugu kembali membangun sebuah gedung Gereja menggantikan gedung Gereja yang lama dan berbentuk gedung semi permanen. Lokasi gedung Gereja yang sekarang berdiri dengan megahnya.
Didalam perkembangan pelayanannya sejak tahun 1956-1960 Gereja HERN HUT KERK dalam bidang dana, Daya dan Theologia dapat dikatakan sudah berdiri sendiri dalam pengertian bahwa semua yang berkaitan dengan kegiatan Gereja dapat ditanggulangi sendiri oleh Jemaat, namun tetap di bawah pengawasan dari Resort Jayapura-Nimbokrang.
Pada Tahun 1963, terjadi sesuatu peralihan pemerintahan dari pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Pada masa peralihan ini sebagian besar warga Tugu yang juga meninggalkan Papua. Ada yang mengikuti pemerintah Belanda ke Belanda ada juga yang kembali ke daerah asal di Jakarta Utara, dan yang tinggal dan menempati lingkungan APO hanya ada 3 (tiga) yakni: Kel. Bpk. M. J Loen, Kel. Bpk. D. J Ursepuni dan Kel. Bpk. J. Satya, sedangkan Kel. Bpk. R. J Quiko saat itu masih berada di serui dalam rangka mengikuti pendidikan Theologia (Sekolah Pendeta) dengan kepergian warga Tugu itu juga menyebabkan jumlah anggota jemaat yang awalnya 22 kepala keluarga menjadi 9 kepala keluarga.
Dan kelanjutan pelayanan di Gereja HERN HUTH KERK oleh Sinode Resort Jayapura-Nimbokrang diserahkan kepada Bpk. M.J Loen yang pada bulan Juni 1963 di teguhkan menjadi Guru Jemaat.
Memang bukan suatu pekerjaan yang gampang, namun didasari rasa kebersamaan dan bergotong-royong yang sudah lama berakar dalam kehidupan warga Tugu, maka semua tempat baik tempat untuk dijadikan tempat bercocok tanam dan juga tempat tinggal dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Begitu pula dengan tempat mereka beribadah, walaupun di bangun dengan sangat sederhana dan dengan bahan yang sederhana pula, yakni dari kayu-kayu hutan dan belum berbentuk papan atau pun balok dan dinding bangunan yang menggunakan seng-seng bekas bangunan yang sudah tidak dipakai lagi oleh pemerintah Belanda, akhirnya warga Tugu mempunyai tempat beribadah dan Zending di beri nama HERN HUTH KERK (Gereja Persaudaraan). Adapun lokasi dari gedung Gereja yang sangat sederhana ini dibangun disekitar pastori (rumah pendeta) sekarang.
Pada tahun yang sama yakni, tahun 1952 Zending melihat bahwa perkembangan pelayanan Firman Tuhan masih sangat kurang disekitar Resort Jayapura-Nimbokrang (Resort Janim), maka diteguhkan Bpk. T.H Abraham dan Bpk. J. Quiko menjadi pelayan Firman oleh Ketua Resort Janim yakni Bpk. Pdt. S. Liborang, yang kemudian melayani di 3 (tiga) tempat pelayanan yaitu sekita APO, Kayu Pulo dan juga daerah sekitar Deplat (SPN sekarang), termasuk penduduk Kayu Batu terutama Pelayanan dihari-hari raya Gerejawi (Natal dan Tahun Baru).
III. Periode Tahun 1956-1963
Didalam perkembangan pelayanannya sejak tahun 1956-1960 Gereja HERN HUT KERK dalam bidang dana, Daya dan Theologia dapat dikatakan sudah berdiri sendiri dalam pengertian bahwa semua yang berkaitan dengan kegiatan Gereja dapat ditanggulangi sendiri oleh Jemaat, namun tetap di bawah pengawasan dari Resort Jayapura-Nimbokrang.
IV. Periode 1963-1969. Masa Peralihan
Dan kelanjutan pelayanan di Gereja HERN HUTH KERK oleh Sinode Resort Jayapura-Nimbokrang diserahkan kepada Bpk. M.J Loen yang pada bulan Juni 1963 di teguhkan menjadi Guru Jemaat.
Nama-nama yang diteguhkan yaitu :
1. Bpk. Grj, M.J. Loen, sebagai pelayan jemaat.
2. Bpk. D.J. Ursepuni (Almarhum) sebagai penatua
3. Bpk. A. Chaay (Almarhum) sebagai penatua
4. Bpk. G. Waimuri (Almarhum) sebagai penatua
5. Bpk. J. Satya (Almarhum) sebagai syamas
6. Bpk. A. Mayor (Almarhum) sebagai syamas
Pada akhir tahun 1963, nama Gereja yang semulanya bernama HERN HUTH KERK diganti menjadi IMMANUEL (digunakan sampai saat ini). Nama Immanuel yang digunakan ini selain mempunyai arti “Kasih Tuhan yang selalu baru setiap hari”, juga karena kokokkan ayam setiap pagi memberi arti bahwa hari baru akan datang.
V. Periode tahun 1965-1972
Pada perkembangannya Jemaat Immanuel APO semakin meningkat, sehingga kapasitas gedung Gereja yang dibangun tahun 1957 tidak lagi mencukupi, terlebih pada hari-hari raya Gerejani, maka pada tahun 1965, gedung Gereja tersebut dipugar/diperpanjang dengan tujuan menampung jumlah jemaat yang hadir pada setiap Ibadah.
Padat tahun 1972, Klasis GKI Jayapura Kotawi dalam sidangnya mengangkat Badan Pekerja Klasis dan diantaranya Bpk. Grj. M. J. Loen sebagai Bendahara Klasis untuk periode Tahun 1972 sampai tahun 1975. Dan pada tahun 1975, Alm. Bpk. D.J Ursepuni diangkat menjadi ketua majelis sampai tahun 1977. Melalui pemilihan majelis jemaat mengangkat Bpk. E.M Silooy (Alm) sebagai Ketua majelis Jemaat dan Ibu Pdt. E Watopa sebagai pelayan Jemaat. Dengan demikian maka Ibu. Pdt. E. Watopa adalah pendeta pertama yang ditunjuk oleh Klasis Jayapura sebagai pelayan tetap yang melayani Jemaat Immanuel APO.
VI. Periode Tahun 1975-2017
Sejak tahun 1975 hingga tahun 2017, Jemaat Immanuel APO telah berulang kali menerima para Pendeta dan juga pelayan Firman yang ditunjuk oleh Klasis Jayapura antara lain:
1. Ibu. Pdt. E. Watopa-Wanaha,S.Th dari tahun 1975-1980
2. Nn.Pdt. E.Samallo SmTh, dari tahun 1980-1983
3. Sdr.Vic.L.Faidiban, dari tahun 1983-1984
4. Bpk. Pdt. Max Sawamanay SmTh, dari tahun 1984-1987
5. Bpk. Pdt. J. Mnusefer SmTh, dari tahun 1988-1990
6. Bpk. Pdt. Habel Koibur S,Th, dari tahun 1990-1991
7. Bpk. Pdt. B.Imbir SmTh, dari tahun 1992-1995
8. Bpk. Pdt. M.Marisan SmTh, dari tahun
1996-1999, yang dibantu Nn.Vic.T.Ongge,
9. Bpk. Pdt. I. Rumpaisum,S.Th, dari
tahun 2000-2003, dengan pelayan Firman Ibu.Pdt. Naomi Maloringan,S.Th.
10. Bpk. Pdt. B. Rumbewas bersama Ibu
Pdt. J. Puy-Rumbewas, dari tahun 2003-2006, dengan Pelayan Firman Ibu. Pdt. Naomi
Maloringan,S.Th
11. Bpk. Pdt. Drs.R.Paay bersama Ibu Pdt.
Dra.Nani Paay, dari tahun 2007-2012
12. Ibu. Pdt. Grace J. Sodanding,S.Th, bersama
suami Bpk. Pdt.Pradjanu D. Widjono,S.Si, sebagai Pelayan Firman, dari tahun
2012 - 2016.
13. Bpk. Pdt. Philipus Maalalu, S.Th, dibantu Bpk. Pdt. Oktovianus Hommy, S.Th, dari tahun 2016 - sekarang.
Dengan pergantian demi pergantian para pendeta dan Pelayan Firman di Jemaat GKI Immanuel APO, menjadikan Jemaat ini semakin dewasa baik di dalam penatalayanan maupun dalam pengorganisasiannya. Sesuai laporan dalam sidang Jemaat XXI tahun 2017 keanggotaan Jemaat semakin bertambah mencapai 379 Kepala Keluarga dengan jumlah 1.634 jiwa. Sedangkan dalam penatalayanan Jemaat, Jemaat GKI Immanuel APO memiliki 2 orang Pendeta dan 54 orang Majelis yang terdiri dari 35 orang Penatua dan 19 orang Syamas, Jemaat GKI Immanuel APO memiliki 6 WIK Pelayanan dengan 18 Kelompok Sel Pemuridan (KSP). Selain itu Jemaat GKI Immanuel APO juga memiliki Unsur-unsur dalam jemaat seperti:
1. Unsur PAR (Persekutuan Anak dan Remaja
2. Unsur PAM (Persekutuan Anak dan Muda
3. Unsur PW (Persekutuan Wanita)
4. Unsur PKB (Persekutuan Kaum Bapak
Pada dasarnya seluruh pengorganisasian dan pelayanan yang berlangsung baik di tingkat majelis Jemaat maupun di tingkat Unsur-unsur dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berdasar pada Tata Gereja GKI di Tanah Papua.
VII. Tahun-tahun Pembangunan Gedung Gereja
Sejak gedung Gereja pertama dibangun pada tahun 1952, telah beberapa kali pemugaran/renovasi yaitu: tahun 1956, gedung Gereja semi permanen dibangun menggantikan gedung yang pertama. Tahun 1965 kembali dipugar masih bersifat semi permanen, tahun 1980 gedung Gereja permanen dibangun, pada tanggal 15 november 1992, dilakukan peletakan batu pertama dan pembangunannya dimulai tanggal 5 Februari 1993 yang kemudian di resmikan pada tahun 2005, Gedung ini yang sampai sekarang masih di gunakan. Suatu gedung Gereja megah yang dibangun dengan bermodalkan gotong royong dan semangat dengan berdasar pada Iman yang sungguh akan bercampur tangan Tuhan.
Rentang waktu pelayanan dari tanggal 8 Agustus 1954 yang hanya terdiri dari 22 KK dan Majelis jemaat yang hanya 3 orang sampai pada tahun pelayanan 2016 ini, mengalami pertumbuhan dengan jumlah 365 KK dengan jumlah 1.634 jiwa, dan jumlah majelis 54 orang dengan rincian Penatua sebanyak 35 orang dan Syamas sebanyak 19 0rang dan ditambah 2 Pendeta yaitu Pdt. Philipus Maalalu, S.Th sebagai ketua Majelis dibantu oleh Pdt. Oktovianus Hommy, S.Th.
Nara sumber:
Rentang waktu pelayanan dari tanggal 8 Agustus 1954 yang hanya terdiri dari 22 KK dan Majelis jemaat yang hanya 3 orang sampai pada tahun pelayanan 2016 ini, mengalami pertumbuhan dengan jumlah 365 KK dengan jumlah 1.634 jiwa, dan jumlah majelis 54 orang dengan rincian Penatua sebanyak 35 orang dan Syamas sebanyak 19 0rang dan ditambah 2 Pendeta yaitu Pdt. Philipus Maalalu, S.Th sebagai ketua Majelis dibantu oleh Pdt. Oktovianus Hommy, S.Th.
Nara sumber:
Bpk. Grj.M.J Loen (Nara Sumber)
Bpk. Alm D.J Ursepuny (Nara Sumber)
Panitia penyusun Sejarah GKI Immanuel APO Tugu
Jayapura:
1. Bpk. Pnt. Hans Loen
2. Bpk. Pnt Jhon Ursepuny
3. Bpk. Semuel Lumbaa
4. Bpk. Harry Silooy
5. Ibu. Naomi Yawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar